Category : Religious > Kolom
Author ; Syamsul Arham
Date : 13 April 2019, 00:18:42
Hits : 0

Ustadz Abdul Somad dan Prabowo Subiyanto

Pertarungan politik di Indonesia memang sedemikian dahsyatnya sehingga karena dahsyatnya kehidupan bermasyarakat di Indonesia terpolarisasi menjadi dua kubu yang pro dan kontra. Polarisasi bukan hanya terjadi dikalangan akar rumput saja tapi juga terjadi dikalangan atas yang berpendidikan.

Pertarungan yang terjadi sekarang ini juga merupakan pertarungan untuk mendapat sesuatu, bisa dalam bentuk pengakuan maupun dalam bentuk kekuasaan.

Pengakuan, merupakan simbol legitimasi sebagai orang yang berpengaruh atau berjasa sedangkan kekuasaan merupakan bentuk untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan.

Pengakuan dan jabatan yang ingin diraih merupakan modal yang akan dipakai untuk menaikkan harkat dan derajat seseorang. Seseorang tidak akan mendapatkan harkatnya bila tidak mendapatkan pengakuan atau jabatan. Dia akan dianggap sebagai orang yang terbuang bila pengakuan dan jabatan tidak didapatkannya.

Berbagai cara dilakukan orang untuk mendapatkan pengakuan dan jabatan, mulai dengan cara yang sesuai aturan maupun dengan cara yang melanggar aturan. Apakah itu akan menguntungkan seseorang atau merugikan khalayak ramai, tidaklah menjadi soal, karena yang diharapkan tujuannya untuk mendapatkan pengakuan dan jabatan bisa tercapai.

Aturan sudah tidak menjadi penting lagi. Tatakrama tidak dibutuhkan lagi. Selama itu bisa dilakukan, apapun caranya akan dilakukan. Tidak lagi penting akibat dari mendapatkan pangakuan dan kekuasaan.

Pengakuan dan jabatan akan dicari oleh setiap orang, tidak peduli siapa dia; apakah dia teknorat, politikus, pengusaha bahkan rakyat biasa, semua berlomba-lomba mengejar pengakuan dan kekuasaan.

Mereka yang bergelar "ulama" maupun "ustadz" juga tidak mau ketinggalan, mereka juga ikut untuk mendapatkan pengakuan dan kekuasaan, sehingga mereka rela "menanggalkan" keulamaannya hanya untuk mendapatkan pengakuan dan kekuasaan.

Dalam sejarah sangatlah langka seorang ulama yang betul-betul mempertahankan keulamaannya, yang bersedia mengorbankan pengakuan dan kekuasaan hanya untuk tetap bisa menyampaikan risalah-risalah agama kepada umat.

Sebutlah satu contoh dalam sejarah Indonesia; Buya Hamka, seorang ulama yang sudah dikenal sebagai ulama yang selalu memegang prinsip-prinsip ajaran agama sekalipun harus berhadapan dengan pemegang kekuasaan.

Bagaimana Buya Hamka harus mengorbakan kekuasaannya sebagai orang nomor satu di Majelis Ulama Indonesia hanya karena untuk mempertahankan prinsip yang diyakininya dan diyakini oleh umat Islam.

Tentu kita tidak lagi melihat sosok sekelas dengan Buya Hamka sekarang ini karena para ulama sekarang ini lebih mementingkan pengakuan dan kekuasaan. Mereka lebih tergiur akan pengakuan dunia daripada pengakuan dari Tuhan-nya. Bahkan mereka juga rela mengorbankan imannya hanya untuk mendapatkan pengakuan dan kekuasaan.

Tidak semua, tapi yang terlihat dipermukaan, mereka yang menjadi panutan umat satu persatu masuk dalam pertarungan untuk mendapatkan pengakuan dan kekuasaan.

Dari sekian banyak ulama yang ada, Ustadz Abdul Somad, seorang ulama yang sedang naik kepermukaan dan menjadi seorang ulama yang menjadi panutan dan tauladan bagi banyak orang ternyata merupakan salah satu ulama yang langka itu.

Ustadz Abdul Somad seorang ustadz yang rela untuk masuk hutan hanya untuk menyampaikan dakwah. Dia rela mengorbankan waktu dan kenikmatan dunia untuk menyampaikan risalah agama. Dia ikhlas menerima persekusi dari orang-orang yang tidak suka dengan dakwahnya. Bahkan dia rela dicap sebagai ustadz yang intoleran.

Tapi berbicara tentang ketidak-adilan, kezaliman, pengkhianatan, dia tidak ragu untuk menyampaikannya sekalipun harus berhadapan dengan sang pemegang kekuasaan. Sekalipun dia harus dicap dengan berbagai label.

Dia bisa menyampaikan yang hak adalah hak dan juga bisa menyampaikan yang bathil adalah bathil tanpa dibebani rasa takut yang akan menimpanya kemudian. Dia bisa menyampaikan kebenaran dengan tidak memandang orang yang dia koreksi atau orang yang akan dia beri amanah.

Tentu ini menjadi tantangan bagi kita dan juga para ulama kita untuk selalu dapat menegakkan amar ma'ruf nahi munkar walaupun harus mempertaruhkan pengakuan dan kekuasaan. Sesungguhnya pengakuan dan kekuasaan itu hanya boleh kita dapatkan bila atas ijin dan ridha Allah subhana wata'ala. Pengakuan dan kekuasaan merupakan amanah dari Allah untuk dapat kita jalankan dengan baik dan akan kita pertanggung-jawabkan dihadapan Allah subhana wata'ala pada yaumil akhir nanti.

 

(sa-jebejebe)

Post related
  • Kolom : Ucapan Salam Sudah Ada Di Jaman Nabi Adam AS
  • Kolom : Korupsi Kirkirah
  • Kolom :Untuk Mengatasi Krisis Politik Harus Kembali Pada Peladjaran-Pelajaran Agama
  • Kolom : Perang Pemikiran 2
  • Social Media