Category : Religious > Kolom
Author ; Syamsul Arham
Date : 25 Januari 2018, 17:12:23
Hits : 363

Pena

Kita masih suka bertengkar antara Wahabi dan bukan Wahabi, NU dengan bukan NU, Muhammadyah dengan bukan Muhammadyah dan sebagainya.

 

Kejayaan Islam dimasa lampau adalah kemampuan para ulama dan cendikiawannya dalam menyampaikan dan menulis wawasan dan gagasannya. Mereka menyampaikan gagasan mereka dengan menulis dan banyak tulisan-tulisan mereka yang masih dikenang sampai sekarang dan bahkan menjadi rujukan dimasa kini.

 

Mungkin mereka bukanlah yang padu dimana pemikirannya sama, pemahamannya sama tapi mereka bisa berbeda dalam memandang satu masalah dan bahkan mungkin yang sangat krusial sekali.

 

Mereka bisa memberikan pandangan dan mengkritisi terhadap satu masalah dengan berbagai dalil yang mereka miliki. Setiap pemikiran dan bantahan yang mereka berikan bisa menjadi rujukan bagi umat pada masa itu dan juga masa sekarang.

 

Buya Hamka menentang pembredelan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer pada jaman orde baru. Buya Hamka tidak setuju dengan pembredelan karena pembredelan hanya menghancurkan bukunya akan tetapi tidak dengan pemikirannya. Buya Hamka mengusulkan untuk membuat tulisan-tulisan yang membantah semua tulisan Pramoedya Ananta Toer sehingga umat bisa melihat pemikiran-pemikiran yang terdapat dalam buku itu dengan jernih dan terbuka.

 

Sekarang ini pemikiran Wahabi atau Salafi menjadi paham yang mulai banyak dipelajari dan diikuti karena konsep yang dibawakan adalah pemurnian ajaran Islam yang mereka menyebutnya sesuai ajaran para salafussoleh.

 

Pemahaman Wahabi atau Salafi sangat pesat berkembang dikarenakan mereka gencar melakukan dakwah keseluruh penjuru dan juga mereka banyak menulis dan menerbitkan buku-buku dengan konsep yang mereka bawa. Dan ternyata semakin hari semakin banyak yang mulai tertarik dan bahkan mulai membaca buku-buku dari kalangan salafussoleh ini.

 

Dengan berkembangnya paham Salafi dengan konsep pemurnian ajaran Islam ternyata tidaklah mudah, karena ini bersinggungan dengan budaya lokal yang ada dimasyarakat dimana masih banyak masyarakat kita yang masih menjalankan ritual-ritual yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam. Ajaran Salafi ini menjadi ancaman atas keberlangsungan suatu budaya.

 

Akan tetapi yang namanya pemikiran tidak bisa dibendung, dia akan mengalir sesuai dengan tuntutan jamannya. Suatu pemikiran akan diterima bila pemikiran itu bisa memberikan penjelasan yang masuk akal atas satu permasalahan atau jalan hidup. Bila tidak dia akan ditinggalkan dan digantikan dengan pemikiran yang baru.

 

Pemikiran itu bisa disampaikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan tulisan. Tulisan merupakan media yang sangat kuat untuk menyampaikan pemikiran. Dengan tulisan bisa sampai kepada khalayak banyak dalam waktu dan tempat yang berbeda. Dia bisa sampai melewati ruang waktu yang jauh, sehingga pemikiran yang sudah berusia ribuan tahun masih bisa ada berkat dengan tulisan.

 

Perbedaan-perbedaan pandangan dan pemahaman tidak cukup hanya dengan menolak secara pisik ajaran tersebut, tapi dengan membuat tulisan-tulisan yang membantah pemahaman itu, tentu dengan dalil-dalil yang dapat diterima. Bukan atas dasar kebencian atau ketidak sukaan.

 

Kegalauan mereka akan berkembangnya paham Wahabi tidaklah cukup hanya dengan penolakan sebagaimana yang mereka lakukan selama ini. Perlu para kaum cendikiawan untuk mulai menulis dan menulis untuk membantah pemikiran yang tidak sejalan.

 

Mari biasakan menulis.

 

Jakarta, 25 Januari 2018 17.10

Post related
  • Denny Siregar Tidak Paham Esensi Masalah
  • Kolom : Allah Menjadi Hakim di Antara Kita Wahai Para Hakim Konstitusi
  • Melihat Karakter Seseorang Dari YouTube
  • Kolom : Perang Pemikiran
  • Social Media