Dalam Islam, aktifitas keseharian kita adalah ibadah, mulai dari bangun tidur, kita sudah diminta untuk berdo'a, kemudian masuk kamar mandi juga berdo'a, kemudian selesai mandi pagi, shalat subuh juga ibadah, sarapan, melangkahkan kaki keluar rumah, selama perjalanan menuju tempat kerja, bekerja, makan siang, istirahat, sore kembali pulang kerumah kumpul dengan keluarga bercengkrama, kemudian tidur untuk istirahat. Semua itu adalah aktifitas keseharian kita yang semua itu merupakan ritual ibadah. Semua itu kita lakukan hanyalah karena Allah swt.
Dalam menjalankan semua aktifitas tersebut, tentu kita butuh dukungan eksternal dari diri kita untuk bisa berjalan dengan baik, mulai dari dukungan keluarga, saudara, teman, tetangga dan untuk tingkat yang lebih tinggi; camat, bupati, gubernur dan presiden. Orang-orang ini adalah yang sangat kita butuhkan agar aktifitas ibadah kita bisa berjalan dengan baik dan lancar. Sangatlah mustahil ibadah kita akan bisa berjalan dengan baik, jika mereka-mereka itu tidak bisa memberikan kita dukungan.
Bagaimanakah caranya agar mereka itu bisa memberikan dukungan untuk kita. Maka tidak ada cara lain adalah dengan memilih orang yang bisa membantu kita melakukan semua itu. Kita tidak mungkin memilih orang yang tidak kita kenal, atau orang yang selama ini selalu mengkritik atau menentang apa yang kita lakukan, atau orang yang sudah jelas-delas selama ini tidak sesuai dengan semua yang kita lakukan.
Maka sangat ironis jika kita memiilih orang yang akan kita jadikan sebagai orang kepercayaam kita, padahal sudah jelas-jelas tidak sejalan dengan apa yang kita mau, atau ada kecenderungan kebutuhan kita dalam beribadah akan terganggu.
Sebagai orang yang beragama Islam, dalam memilih orang kepercayaan itu, kita tidak bisa menjatuhkan pilihan hanya dengan logika duniawi atau dengan hitung-hitungan argumen atau dengan visi-misi. Karena itu adalah pilihan berikutnya yang harus kita pertimbangkan sebelum menjatuhkan pilihan.
Dalam memilih, yang pertama sekali yang harus kita lihat adalah kebutuhan mendasarkan kita akan agama, apakah sudah bisa dipenuhi oleh yang bersangkutan? Ini tidak hanya dilihat dari pemaparan visi-misi, tapi dari sejarah perjalan waktu yang sudah dilalui ditambah dengan perbuatan orang-orang disekitarnya apakah ini sudah mendukung atau belum? Jika selama ini ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita yang kita lakukan atau apa yang harapkan atau ada keraguan akan hal ini, maka sudah selayaknya kita tidak memilihnya sebagai orang kepercayaan kita.
Setiap orang pernah salah dan pernah melakukan kesalahan, tapi perjalan waktu kita bisa melihat perbaikan-perbaikan apa yang sudah dia lakukan, sehingga kita bisa memberikan kepercayaan kepadanya. Perbaikan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, hanya dalam waktu satu atau dua bulan, tapi dalam rentang waktu yang panjang, sehingga kita yakin bahwa orang ini memang benar-benar sudah berubah dan sudah sesuai dengan keinginan kita.
Maka janganlah memilih orang yang baru dikenal atau orang yang baru muncul tiba-tiba, yang sejarahnya masih kita belum tahu secara detail. Sudah sepantasnya kita mencari orang yang sudah diketahui dan jelas perjalanan hidupnya untuk kita berikan kepercayaan untuk melindungi kita dalam menjalan aktifitas ibadah yang kita lakukan setiap hari.
Jangan salah pilih.